Selasa, 01 April 2014

analisis citraan dalam puisi

Analisis Imaji (citraan) puisi
a. citraan penglihatan
1. SYAIR SENJA HARI, karya Agus R Sarjono (1992)
Menatap senja sambil menghirup teh pelan-pelan
Matahari beringsut meninggalkan jejak-jejak jingga
F puisi pada bait tersebut  memberikan rangsangan kepada mata sehingga seolah-olah dapat melihat matahari beringsut meninggalkan jejak-jejak jingga.
2. SYAIR PINDAH RUMAH, karya Agus R Sarjono (1995)
Kupandangi engkau menyapu halaman
Membersikan guguran kenangan
Dan daun-daun lalu membakarnya
F Pembaca seolah-olah melihat sosok engkau dalam puisi menyapu halaman, membersihkan guguran kenangan dan daun-daun lalu membakarnya.
3. DEMOKRASI DUNIA KETIGA, karya Agus R Sarjono (1998)
Baik, tapi jauhkan
Tinju yang kau kepalkan dari pelipisku
F Pembaca seolah-olah melihat sosok engkau dalam puisi yang sedang mengepalkan tinju ke pelipisnya.
b. citraan pendengaran (auditory imagery)
1. DEMOKRASI DUNIA KETIGA, karya Agus R Sarjono (1998)
Lagi pula kita tidak sedang bicara soal aku,
Tapi soal kamu yaitu kamu harus demokratis!
Tentu saja saya setuuju, bukankah selama ini
Saya telah mencoba... sudahlah! Kami tak mau dengar
Apa alasanmu. Tak perlu berkilah
Dan buang waktu. Aku perintahkan kamu
untuk demoktaris, habis perkara!
F pembaca seakan-akan  mendengar percakapan sosok kamu dan aku dalam puisi, dimana sosok aku menyuruh sosok kamu untuk demokratis dan sosok kamu pun menyetujuinya. Tapi sosok aku tidak mau mendengar jawaban dari sosok kamu karena hanya menganggapnya sebagai alasan belaka.
2.  PUISI NYANYIAN ANGSA, karya W S Rendra
“Utangmu sudah banyak padaku,” kata dokter
“Ya,”
“Sekarang uangmu berapa?”
“Tak ada.”
F pembaca seakan-akan  mendengar percakapan antara dokter dan pasiennya yang sedang ingin berobat tapi sudah mempunya banyak hutang dan tidak mempunyai uang lagi.
3. PUISI RUBAIYAT, karya Omar Khayam.
Kutanya mempelai nasib siapa teman hidupnya
“teman hidupku adalah hatimu yang senang,” ujarnya
F Pada lirik ini seolah-olah pembaca mendengar sosok dalam puisi yang berujar bahwa teman hidupnya adalah hati yang senang.
c.citra pengucapan (articulatory imagery)
1. BUAT H.J. dan P.G, karya Goenawan Mohamad
Seperti sebuah bel yang riang
Kabar itu datang ke ruang
Telah kutengok kawat,
“Bapak, saya agak tiba lambat”
F Pada bait puisi ini penulis menciptakan karya yang seolah-olah orang yang membacanya sedang berkata pada bapaknya.
2.BUAT H.J. dan P.G, karya Goenawan Mohamad
Maka aku berbisik hati-hati
Pada malaikat yang tiba pagi
“hari ini aku belum ingin mati”
F Pada bait puisi ini pembaca seolah-olah berkata pada malaikat yang tiba pada pagi hari bahwa “aku belum ingin mati”.
3. ALAM MEMBERI, BUKAN MENGHABISKAN SENDIRI karya Zainul Walid (2013)
“Ya”
Kata hati kita
Yang mulutnya memutih
Lantaran banyak bicara
F puisi pada bait tersebut  memberikan rangsangan kepada otak pembaca sehingga seolah-olah ikut menyetujui dan berkata “Ya”.
d. citra penciuman/ pembauan (olfaktory imagery)
1. PUISI NYANYIAN ANGSA, karya W S Rendra
Bau anggur dari mulutnya
Selopnya dari kulit buaya
F Dari puisi diatas, pembaca seolah mencium bau anggur dari mulut yang dimaksud pada puisi tersebut.
2. PUISI NYANYIAN ANGSA, karya W S Rendra
Ia pergi kepada dokter
Banyak pasien lebih dulu menunggu
Ia duduk di antara mereka
Tiba-tiba orang-orang menyingkir dan menutup hidung mereka
F puisi pada bait tersebut  memberikan kesan pada pembaca bahwa sosok tokoh ia dalam puisi tersebut sangat bau, sehingga orang-orang disekitarnya menjauh dari tokoh ia.
3.PUISI TENTANG KERINDUAN, karya yunis kartika
Aku lupa wajahmu
Tapi
Aku tak pernah lupa
Baumu
F Puisi di atas menjelaskan bahwa sang penulis lupa pada wajah seseorang, tapi dia tak pernah lupa dengan baunya. Sehingga orang yang membaca hanyut pada bayangan bau yang sangat mendalam.
e.tactual imagery (citra rasa kulit, perubahan suhu, udara)
1.CINTAKU JAUH DI PULAU, karya Chairil Anwar (1959)
Di air yang terang, di angin mendayu
Di perasaan penghabisan segala melaju
F Dari puisi di atas penulis membuat pembaca seolah-olah dapat merasakan angin yang mendayu.
2 POTRET SALAH CETAK, karya Andrias Edison
Tahukah, kemana roda musti berputar, atau arah anginpun tak pernah mampir di telingamu.
F Dalam penggalan puisi tersebut terdapat tactual imagery. Anginpun tak pernah mampir di telingamu, yang membuat pembaca seolah-olah merasakan lewat kulitnya bahwa tak ada angin yang melintas sedikitpun.
3. SURAT, karya Heni Hendrayani
Sedingin kamar dengan kapur
Melepuh. Sedingin ranjang yang kau
Tinggal pergi ke negeri jauh, dan aku
Terbaring disitu di jaring kesepian
Dan kesunyian bagai sebutir batu
F Lirik puisi tersebut menunjukkan adanya tactual imagery pada kata ‘sedingin. Yang membuat pembaca seolah-olah ikut merasakan dinginnya suasana yang digambarkan dalam puisi tersebut.
f. citra gerakan tubuh
1. SYAIR SENJA HARI, karya Agus R Sarjono (1992)
Seperti biasa, kita pun melupakannya
Hingga tiba-tiba berdiri terpaku pada siang diteriknya
Kita jemur segala air mata. Sambil menghirup teh
F Seakan-akan pembaca merasakan atau melihat gerakan berdiri terpaku pada siang diteriknya dan menjemur segala air mata sambil menghirup teh.
2. SYAIR PINDAH RUMAH, karya Agus R Sarjono (1995)
Sambil mengemasi barang-barang
Dan kenangan, berapa kali sebenarnya
Kita sanggup berpindah rumah, merubah alamat
Dan tempat pelangi. Pada saat-saat begini
Aku ingin tiduran saja di atas gumpalan awan
Atau di dadamu
F pada larik tersebut tampak bahwa seolah-olah pembaca melihat atau merasakan gerakan mengemasi barang-barang dan kenangan, berpindah rumah, merubah alamat dan tempat pelangi, dan tiduran di atas gumpalan awan atau di dadamu.
3. DEMOKRASI DUNIA KETIGA, karya Agus R Sarjono (1998)
Bukankah engkau... tutup mulut! Soal tinjuku
Mau kukepalkan, kusimpan di saku
Atau kutinjukan ke hidungmu,
Tentu sepenuhnya terserah padaku.
F pada lirik puisi tersebut  pembaca seakan-akan merasakan atau melihat gerakan sosok engkau dalam puisi yang tutup mulut dan gerakan yang akan dilakukan oleh sosok aku dalam puisi yang akan mengepalkan tinjunya, disimpan disaku atau ditonjokkan ke hidung sosok engkau dalam puisi.
g. organik imagery (citra badan: tipe, loyo, lapar)
1. GADIS PEMINTA-MINTA, karya Toto Sudarto Bachtiar (1950)
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap
Gembira dari kemayaan riang
F lirik puisi diatas mengandung organik imagery. Dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa sosok dalam puisi merasa hidupnya gemerlap hanya sebatas angan-angan saja (ke semuan belaka), dan merasakan kegembiraan dari ketidak nyataan.
2. GADIS PEMINTA-MINTA, karya Toto Sudarto Bachtiar (1950)
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
F Penggalan puisi diatas mengandung organik imagery yang terdapat pada kalimat Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka, yang menggambarkan bahwa si gadis kecil selalu tersenyum meskipun duka selalu bersamanya.
3. RIMBA KATAKATA, karya Radhar Panca Dahana
Ke kota tak tuju ke hutan tiada tentu
Anakbinimu biarkan disitu: lelaki cuma
Mengejan nafsu. Muntah. MUNTAH. Segenap lapar
Di perut kata, sekering harus kemarau bicara
F Bait puisi di atas mengandung organik imagery salah satunya terdapat pada kata ‘segenap lapar’ yang menunjukkan bahwa si laki-laki dalam puisi tersebut hanya mengejan nafsu, dan segenap lapar.
h. citra pencicipan (gustatory imagery)
1. KEBERSAMAAN DUA INSAN, karya yunis kartika
6 lembar tisu di tong sampah
Juga bercak pada seprai dan kasur
Jejak di lantai kamar dan kamar mandi
Tidakkah cukup bukti
Kita pernah saling berbagi dan saling mencicipi
F Pada bait puisi ini pembaca seolah-olah membayangkan bahwa mereka yang ada dalam puisi sudah pernah saling mencicipi dan saling berbagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar