Selasa, 08 April 2014

analisis cerpen Dualitas karya Ayu Utami

ABSTRAK

            Keanehan sebuah perpustakaan yang bisa menyimpan berbagai makhluk yang sudah mati, tapi tetap memiliki keutuhan fisik. Begitulah kebanyakan anak-anak kecil memikirkannya, dan tak jarang pula sebagai anak kecil mempercayai adanya roh-roh makhluk purba tersebut yang berkeliaran ketika malam sudah tiba.
Sulit juga bagi indira untuk merasakan soal dualitas yang aneh itu. Ayahnya selalu tertarik dualitas. Bagi indira apapun itu mengerikan. Dua hal yang sangat jauh berbeda, tapi tidak pernah dapat dipisahkan. Seperti terdapat pada cerita dua makhluk yang baik dan jahat justru berdampingan melengkapi antara satu dengan lain. Yang pertama adalah yang sangat berbahaya banteng bertubuh manusia, ia sebesar dan sekuat banteng pada jaman dulu. Matanya merah dan menyala, tanduknya lebih tajam dan lebih kuat dari pada tombak pemecah kayu. Yang kedua adalah manusia berkaki kuda, dia liar dan perkasa, perutnya bersekat-sekat, dada dan lengannya berpejal-pejal. Rambutnya ikal, sedikit tampan dan bergaris keras.
Didunia ini semua terdapat dualitas yang berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan, seperti: hidup-mati, senang-sedih, suka-duka, atas-bawah, depan-belakang, maju-mundur. Begitu juga dalam kehidupan, semua masalah dan semua kebahagiaan pasti terdapat sisi positif dan sisi negatifnya sendiri-sendiri. Dan termasuk manusia, janganlah kita suka membanding-bandingkan antara satu dengan lain, karena tidak ada seorang manusia yang sempurna, mereka memiliki kelebeihan dan kekurangan masing-masing.

PENDAHULUAN

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.
Bogdan dan Taylor  menyatakan bahwa Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Menurut definisi ini penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif sehingga merupakan rinci dari suatu fenomena yang diteliti. Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif  adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya  tersendiri dan berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasa dan dalam peristilahannya.
Penelitian deskriptif menurut Kenneth D. Bailey adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena secara detil ( untuk menggambarkan apa yang terjadi). Penelitian deskriptif  bermaksud memberikan gambaran suatu gejala sosial tertentu , sudah ada informasi mengenai gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam suatu permasalahan penelitian namun belum memadai . Penelitian deskriptif menjawab pertanyaan apa dengan penjelasan yang lebih terperinci mengenai gejala sosial seperti yang dimaksudkan  dalam suatu permasalahan penelitian yang bersangkutan. Penelitian deskriptif  dilakukan terhadap variable mandiri , yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable yang  lain.
PEMBAHASAN

Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang beraada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.
 nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusis sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya.
Macam-macam Nilai Pendidikan
1.      Nilai Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90). Nilai-nilai religious bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.
Berikut  beberapa contoh nilai yang mengingatkan kita pada keberadaannya tuhan dalam cerpen Dualitas karya Ayu Utami. Anak kecil percaya bahwa di gedung kolonial itu ada hantu makhluk purba yang diwetkan. Dari kalimat tersebut dapat di simpulkan bahwa atas kebesaran kekuasaan Tuhan Dia mampu membuat makhluk yang nampak, sekalipun yang kasat mata. Bahkan Tuhan memberikan akal kepada manusia, sekalipun itu anak kecil tapi tidak jarang bisa melihat barang-barang halus yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Tanpa mendengar kisah pembunuhan dibalik perwujudan hewan-hewan cantik itupun, anak kecil yang peka tahu bahwa roh-roh makhluk satwa itu tetap menghuni museum. Mereka diam di siang hari. Tapi pada malam hari, setelah gerbang ditutup semua pintu dikunci dan petugas pulang, mereka akan menghidupkan tubuh-tubuh hewan itu kembali.
2.      Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320). Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hasbullah (2005: 194) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu , masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
Contoh: Mereka dahulu ditangkap dan dibunuh khusus untuk diawetkan demi ilmu pengetahuan. Mereka dijebak hidup-hidup, lalu leher mereka dipuntir. Demikian agar mereka mati tanpa berdarah dan tanpa rusak permukaan kulitnya. Demi sains. Setelah mati, mereka dikeringkan dan mata mereka diganti dengan kelereng. Pembunuh. Manusia sesungguhnya adalah pembunuh, mereka menjebak dan membunuh makhluk yang tidak berdosa demi kepuasannya atas sains. Padahal makhluk hidup juga punya kehidupan yang hampir sama dengan manusia, mereka berkeluarga, mereka melindungi anaknya dan saling menyayangi satu sama lain.
 Di dalam ruang rahasia itu ada dua bilik berjeruji, seperti kandang di kebun binatang. Masing-masing ditinggali dua yang menakutkan itu. Kata menakutkan berimplikasi pada sifat moral yang tidak baik, jahat dan lain-lainnya. Saking jahatnya mereka di tempatkan di balik jeruji dan pada tempat yang rahasia agar tidak ada orang yang tahu dan sembrono membebaskan mereka. Ia sesungguhnya tidak makan manusia, tidak juga anak kecil. Ia tidak makan daging karena lapar. Ia makan daging karena marah. Ia makan daging manusia ataupun segala yang dipelihara manusia karena ia marah. Dalam kemarahan, manusia pun bisa berbuat yang sangat kejam layaknya orang yang tidak mempunyai hati sekalipun. Kemarahan membuat orang lupa atas apa yang harus ia lakukan, dan terkadang kemarahan hanya akan membuat masalah semakin tidak bisa terselesaikan.
3.      Nilai Pendidikan Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995: 80). Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku.
Dalam hidup bermasyarakat, kita tidak bisa lepas dengan sifat sosial, seperti kalimat berikut. Lagi pula, apa yang akan terjadi dengan binatang dan kusirnya jika kita tak mau lagi naik delman? Ia ingin sais maupun si kuda terus memiliki martabat seperti yang ia tahu di masa kanak-kanak. Kalimat tersebut menggambarkan kepedulian tehadap sesama. Seorang kusir juga manusia yang membutuhkan makan dan biaya untuk hidupnya sehari-hari. Dan jika dokarnya kalah saing dengan mobil-mobil dan motor yang terasa lebih praktis. Bagaimana dengan nasib mereka yang jernih payah berusaha dengan keras menarik dokar di bawah terik matahari, tak lupa pula sepulang mencari penumpang masih haru mencari rumput untuk makan kudanya.
4.      Nilai Pendidikan Budaya
Nilai-nilai budaya menurut Rosyadi (1995:74) merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nolai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada sutu masyarakat dan kebudayaannya.
Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Uzey (2009: 1) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan.
            Kota ini kini begitu padat. Jalanannya penuh dengan mobil dan angkutan umum yang semua mengeluarkan asap. Ia kasihan pada kuda yang harus bersaing dengan hewan-hewan besi yang pantatnya menyemburkan karbon monoksida dan segala racun. Di zaman yang sudah modern ini keramaian, kemacetan lalu lintas sudah menjadi kebudayaan yang tidak lepas dengan ibu kota besar, disamping hawanya yang panas ditambah dengan berbagai asap kendaraan yang memperparah keadaan sehingga penuh racun dan berbahaya bagi kesehatan.
no
nilai
data
deskripsi
1.
Nilai Religius
Anak kecil percaya bahwa di gedung kolonial itu ada hantu makhluk purba yang diwetkan
Dari kalimat tersebut dapat di simpulkan bahwa atas kebesaran kekuasaan Tuhan Dia mampu membuat makhluk yang nampak, sekalipun yang kasat mata.


Tanpa mendengar kisah pembunuhan dibalik perwujudan hewan-hewan cantik itupun, anak kecil yang peka tahu bahwa roh-roh makhluk satwa itu tetap menghuni museum. Mereka diam di siang hari. Tapi pada malam hari, setelah gerbang ditutup semua pintu dikunci dan petugas pulang, mereka akan menghidupkan tubuh-tubuh hewan itu kembali.
Bahkan Tuhan memberikan akal kepada manusia, sekalipun itu anak kecil tapi tidak jarang bisa melihat barang-barang halus yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang.
2
Nilai Moral
Mereka dahulu ditangkap dan dibunuh khusus untuk diawetkan demi ilmu pengetahuan. Mereka dijebak hidup-hidup, lalu leher mereka dipuntir. Demikian agar mereka mati tanpa berdarah dan tanpa rusak permukaan kulitnya. Demi sains. Setelah mati, mereka dikeringkan dan mata mereka diganti dengan kelereng
Pembunuh. Manusia sesungguhnya adalah pembunuh, mereka menjebak dan membunuh makhluk yang tidak berdosa demi kepuasannya atas sains. Padahal makhluk hidup juga punya kehidupan yang hampir sama dengan manusia, mereka berkeluarga, mereka melindungi anaknya dan saling menyayangi satu sama lain.


Di dalam ruang rahasia itu ada dua bilik berjeruji, seperti kandang di kebun binatang. Masing-masing ditinggali dua yang menakutkan itu
Kata menakutkan berimplikasi pada sifat moral yang tidak baik, jahat dan lain-lainnya. Saking jahatnya mereka di tempatkan di balik jeruji dan pada tempat yang rahasia agar tidak ada orang yang tahu dan sembrono membebaskan mereka.


Ia sesungguhnya tidak makan manusia, tidak juga anak kecil. Ia tidak makan daging karena lapar. Ia makan daging karena marah. Ia makan daging manusia ataupun segala yang dipelihara manusia karena ia marah.
Dalam kemarahan, manusia pun bisa berbuat yang sangat kejam layaknya orang yang tidak mempunyai hati sekalipun. Kemarahan membuat orang lupa atas apa yang harus ia lakukan, dan terkadang kemarahan hanya akan membuat masalah semakin tidak bisa terselesaikan. 
3
Nilai Sosial
Lagi pula, apa yang akan terjadi dengan binatang dan kusirnya jika kita tak mau lagi naik delman? Ia ingin sais maupun si kuda terus memiliki martabat seperti yang ia tahu di masa kanak-kanak.
Kalimat tersebut menggambarkan kepedulian tehadap sesama. Seorang kusir juga manusia yang membutuhkan makan dan biaya untuk hidupnya sehari-hari. Dan jika dokarnya kalah saing dengan mobil-mobil dan motor yang terasa lebih praktis. Bagaimana dengan nasib mereka yang jernih payah berusaha dengan keras menarik dokar di bawah terik matahari, tak lupa pula sepulang mencari penumpang masih haru mencari rumput untuk makan kudanya.
4
Nilai Budaya
Kota ini kini begitu padat. Jalanannya penuh dengan mobil dan angkutan umum yang semua mengeluarkan asap. Ia kasihan pada kuda yang harus bersaing dengan hewan-hewan besi yang pantatnya menyemburkan karbon monoksida dan segala racun.
Di zaman yang sudah modern ini keramaian, kemacetan lalu lintas sudah menjadi kebudayaan yang tidak lepas dengan ibu kota besar, disamping hawanya yang panas ditambah dengan berbagai asap kendaraan yang memperparah keadaan sehingga penuh racun dan berbahaya bagi kesehatan.


PENUTUP

Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen Dualistik karya Ayu Utami, berdasarkan hasil analisis terdiri dari empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu:
         a            nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya.
        b            Nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat.
         c            Nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang.
        d            Nilai pendidikan budaya tingkat yang palig tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat.


DAFTAR RUJUKAN

pemimpi/ diunduh pada tanggal 07 April 2014 pukul 22.20 WIB
http://ikesuryaning.blogspot.com/cerpendualitas/ diunduh pada tanggal 05 April 2014 pukul
10.15 WIB




Tidak ada komentar:

Posting Komentar